“Jikalau kita mempelajari dan mengagumi peradaban masa lalu tanpa menangkap dan meneruskan apinya yang menyala-nyala dan berkobar dalam peradaban tersebut, maka kita hanya mewarisi abunya, mewarisi barang mati, mewarisi barang yang tiada harganya.”

(Bung Karno)

Nusantaraku, Nusantaramu, Nusantara Kita

Menyebut Nusantara berarti merujuk pada wilayah kepulauan pra kolonial yang menjadi cikal bakal dari Negara Republik Indonesia kini. Negara dengan jumlah penduduk terbesar keempat di dunia, negara kepulauan terbesar di dunia, memiliki tanah yang subur, potensi pulau yang kaya, dan terletak di antara dua benua dan dua samudera besar, sehingga posisi geografis bangsa Indonesia sangatlah strategis. Tidak heran jika banyak bangsa-bangsa lain di dunia sejak dahulu ingin menguasai “taman surga” Nusantara ini.

GAFATAR(16/12),- Ketua Umum Gerakan Fajar Nusantara  Mahful M Tumanurung dan Kepala Sekretariat Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia Bapak Suriadi, melakukan kesepakatan kerjasama antara GAFATAR dengan Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia tentang aksi sosial, kemanusiaan, lingkungan hidup, pendidikan serta informasi, di  Gedung DAAI TV, Jakarta, Selasa (16/12/2014).

GAFATAR, Jakarta. Kepala Staf TNI Angkatan Udara Republik Indonesia menerima audiensi Dewan Pimpinan Pusat Gerakan Fajar Nusantara pada hari Jumat 14 Desember 2014 di Jln. Gatot Subroto No 72 Gedung Aldiron Lt 4 Markas Besar Angkatan Udara Lama Pancoran Jakarta Selatan. Tim audiensi GAFATAR diterima oleh Kepala Dinas Potensi Dirgantara Marsekal Pertama TNI Nil Handri, S.E bersama enam orang stafnya. Audiensi ini memiliki tujuan untuk memperkenalkan organisasi dalam upaya membangun kesatuan antar sesama lembaga negara.

Bangsa yang besar adalah bangsa yang menghargai jasa dan karya dari pendahulunya. Para founding father telah menghasilkan karya yang melebihi zamannya dalam membangun dasar negara yaitu Pancasila. Pancasila sebagai ideologi bangsa dan falsafah serta pandangan hidup bangsa telah teruji dalam perjalanan sejarah dari awal kemerdekaan, orde lama, orde baru, orde reformasi, dan hingga sekarang. Namun demikian, implementasi Pancasila semakin hari semakin jauh dari kenyataan dibuktikan dengan adanya krisis multidimensi bangsa ini. Perilaku kebangsaan dan kenegaraan hari ini tidak mencerminkan aktualisasi sila-sila Pancasila. Hal ini disebabkan oleh kurangnya penjabaran dan penyebaran terhadap penafsiran nilai-nilai Pancasila. Bahkan sampai hari ini, belum ada golongan apapun di Indonesia yang bisa mentafsirkan Pancasila dan mengembalikan kedudukan asalnya sebagai ajaran Tuhan Yang Maha Esa.